Sakarin adalah bubuk kristal
putih, tidak berbau dan sangat manis, kira-kira 550 kali lebih manis daripada
gula biasa. Oleh karena itu,
ia sangat populer dipakai sebagai bahan pengganti gula.
Sakarin merupakan pemanis buatan yang memiliki struktur
dasar sulfinida benzoat. Karena tiga
strukturnya berbeda dengan karbohidrat, sakarin tidak menghasilkan kalori.
Sakarin jauh lebih manis dibanding sukrosa, dengan perbandingan rasa manis
kira-kira 400 kali lipat sukrosa. Namun sayangnya dalam konsentrasi sedang
sampai tinggi bersifat meninggalkan aftertaste pahit atau rasa logam.
Untuk menghilangkan rasa ini,
sakarin dapat dicampurkan dengan siklamat dalam
perbandingan 1:10 untuk siklamat.
Sakarin diperkenalkan pertama kali
oleh Fahlberg pada tahun 1879 secara tidak sengaja dari industri tar batubara.
Sakarin menjadi lebih populer lagi di pasaran pada tahun 1960-an dan 1970-an.
Saat itu, sifatnya :
·
sebagai pemanis tanpa kalori dan harga murahnya
menjadi faktor penarik utama dalam penggunaan sakarin.
·
sakarin tidak bereaksi dengan bahan makanan,
sehingga makanan yang ditambahkan sakarin tidak mengalami kerusakan. Sifat yang
penting untuk industri minuman kaleng atau kemasan.
Karena itulah, sakarin dalam hal ini sering
digunakan bersama dengan aspartame; agar rasa manis dalam minuman tetap
bertahan lama, karena aspartame
tidak bertahan lama dalam minuman kemasan.
Sifat fisik sakarin yang cukup
dikenal adalah tidak stabil pada pemanasan. Sakarin yang digunakan dalam
industri makanan adalah sakarin sebagai garam natrium. Hal ini disebabkan
sakarin dalam bentuk aslinya yaitu asam, bersifat tidak larut dalam air.
Sakarin juga tidak mengalami proses penguraian gula dan pati yang menghasilkan
asam; sehingga sakarin tidak menyebabkan erosi enamel gigi.
Sakarin merupakan pemanis
alternatif untuk penderita diabetes melitus, karena sakarin tidak diserap lewat
sistem pencernaan. Meskipun demikian, sakarin dapat mendorong sekresi insulin
karena rasa manisnya; sehingga gula darah akan turun.
Penggunaan
Sakarin sempat digunakan secara
luas sebagai pemanis dalam produk makanan kemasan (minuman atau buah kalengan,
permen karet, selai, dan permen), bahan suplemen (vitamin dan sejenisnya),
obat-obatan, dan pasta gigi. Selain itu sakarin juga digunakan sebagai gula di
restoran, industri roti, dan bahan kosmetik.
Penelitian mengindikasikan sakarin
dapat memicu kanker. Namun, tidak semua ilmuwan menyepakatinya. Beberapa negara
telah melarang peredaran sakarin. Di Indonesia kita masih banyak menjumpai
pemakaiannya, seperti pada cincau dan cendol yang dijual di kaki lima.
Keamanan
Tikus-tikus percobaan yang diberi
makan 5% sakarin selama lebih dari 2 tahun, menunjukkan kanker mukosa kandung
kemih (dosisnya kira-kira setara 175 gram sakarin sehari untuk orang dewasa
seumur hidup). Peneliti
berpendapat, sakarin memang meningkatkan derajat kejadian kanker kandung kemih
pada manusia kira-kira 60% lebih tinggi pada para pemakai, khususnya pada kaum
laki-laki.
Food and Drug Administation (FDA) Amerika menganjurkan untuk membatasi penggunaan sakarin hanya bagi para penderita kencing manis dan obesitas. Dosisnya agar tidak melampaui 1 gram setiap harinya.
Food and Drug Administation (FDA) Amerika menganjurkan untuk membatasi penggunaan sakarin hanya bagi para penderita kencing manis dan obesitas. Dosisnya agar tidak melampaui 1 gram setiap harinya.
Adapun bahaya yang ditimbulkan
sakarin adalah efek karsinogenik. Pada sebuah penelitian di tahun 1977, mencit
percobaan mengalami kanker empedu setelah mengkonsumsi sakarin dalam jumlah
besar. Penentuan efek serupa pada manusia lebih sulit, karena sebagian besar
produk makanan yang ada saat ini menggunakan beberapa pemanis buatan sekaligus.
Penelitian oleh Weihrauch &
Diehl (2004) menunjukkan bahwa konsumsi kombinasi pemanis buatan dalam jumlah
besar (>1.6 gram/hari) meningkatkan risiko kanker empedu sebanyak hanya 1.3
kali lipat pada manusia. Namun pemanis manakah yang menimbulkan efek ini tidak
diketahui. Setelah beberapa tahun meneliti, sebagian besar ahli akhirnya
menyimpulkan bahwa sakarin tidak bersifat karsinogenik pada manusia.