twitter
rss



Protein merupakan zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena berfungsi sebagai sumber energi serta sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung unsur-unsur C, H, O, N, P, S, dan terkadang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga
 Struktur asam amino digambarkan sebagai berikut:
Protein yang terdapat dalam bahan pangan mudah mengalami perubahan-perubahan, antara lain:
1.      Dapat terdenaturasi oleh perlakuan pemanasan.
2.      Dapat terkoagulasi atau mengendap oleh perlakuan pengasaman.
3.      Dapat mengalami dekomposisi atau pemecahan oleh enzim-enzim proteolitik.
4.      bisa bereaksi dengan gula reduksi, sehingga menyebabkan terjadinya warna coklat.
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis protein secara kualitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam suatu bahan pangan. Dapat dilakukan dengan reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida dan reaksi Sakaguchi.
Sedangkan analisis protein secara kuantitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui kadar protein dalam suatu bahan pangan. Analisi kuantitatif protein dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret) dan metode spektrofotometri UV. Analisis protein ini dapat menentukan tingkat kualitas protein apabila dipandang dari sudut gizi serta menelaah protein yang merupakan salah satu bahan kimia secara biokimia, fisiologis, reologis dan enzimatis.

KJELDAHL
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total padaasam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi denganasam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkanamonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk disuling uapsecara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi.
Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semimikro, sebab hanyamemerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek.Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanansecara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya.Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi 6,25, diperoleh nilai protein dalam bahan makanan itu.

No.
Nama bahan
Faktor konversi
1
Beer
6,5
2
Gandum
5,7
3
Roti
5,7
4
Syrup
6,25
5
Coklat
6,25
6
Serealia (biji-bijian)
6,25
7
SKM
6,25
8
yeast
6,25
9
Makanan ternak
6,25
10
Buah-buahan
6,25
11
Padi-padian
6,25
12
Makaroni/bakmi
5,7
13
Kacang-kacangan
6,25
14
Malt
6,25
15
The
6,25
16
Anggur
6,25
17
Wort (malt untuk beer)
6,25
Angka 6,25 berasal dari angka konversiserum albumin yang biasanya mengandung 16% nitrogen. 
Cara Kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitucara makro dan semimakro. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 g, sedang semimikro Kjeldahl dirancang untuk contohukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen. Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen dalam bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah yang besar.
Analisa protein metode Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu :

1. Tahap destruksi
Pertama, sampel dipanaskan dalam H2SO4 pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4 dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. Dengan penambahan katalisator tersebut titk didih H2SO4akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan Selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.
2. Tahap destilasi
Pada tahap ini, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar selama destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4 % dalam jumlah yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG + MR atau PP.
3. Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam khorida yang bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indikator PP.
%N = × N. NaOH × 14,008 × 100%
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam khlorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda.
%N = × N.HCl × 14,008 × 100 %
Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada persentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan.

Keuntungan dari metode kjedahl :
• Metode Kjeldahl digunakan secara luas di seluruh dunia dan masih merupakan metode standar dibanding metode lain.
• Sifatnya yang universal, presisi tinggi dan reprodusibilitas baik membuat metode ini banyak digunakan untuk penetapan kadar protein dalam makanan.

Kerugiannya :
• Metode ini tidak memberikan pengukuran protein sesungguhnya, karena tidak semua nitrogen dalam makanan bersumber dari protein, yaitu purina, pirimidina, vitamin-vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis danterukur sebagai nitrogen protein.
• Protein yang berbeda memerlukan faktor koreksi yang berbeda karena susunan residu asam amino yang berbeda.
• Penggunaan asam sulfat pada suhu tinggi berbahaya, demikian juga beberapa katalis.
• Teknik ini membutuhkan waktu lama.

 daftar pustaka:
rinaherowati.files.wordpress.com/2011/10/2-analisis-protein_.pdf


Perokok Pasif 
  perokok pasif adalah orang yang secara tidak langsung menghirup asap rokok dari orang yang mengisap rokok, risiko kesehatan yang didapat juga hampir sama bahanya dengan perokok aktif.
Nah berikut ini 9 fakta yang harus Anda ketahui tentang perokok pasif, seperti dikutip dari detik.com mau tahu apa aja itu simak berikut ini.

1. Anda dapat menjadi perokok pasif ketika Anda menghirup udara yang telah tercemar oleh asap produk tembakau dimanapun Anda berada.

2. Pada orang dewasa, perokok pasif dapat menyebabkan penyakit jantung dan pernapasan yang serius, termasuk penyakit jantung koroner dan kanker paru-paru. Bayi yang menjadi porokok pasif dapat menyebabkan kematian mendadak dan pada wanita hamil akan menyebabkan berat lahir bayi yang rendah.

3. Sekitar 40 persen dari anak-anak yang menjadi perokok pasif, umumnya terpapar asap rokok di lingkungan rumah. Sebanyak 31 persen kematian yang diakibatkan oleh perokok pasif terjadi pada anak-anak.

4. Remaja yang menjadi perokok pasif di lingkungan rumahnya, meningkatkan keinginan untuk mulai merokok sampai dua kali lipat lebih besar dibanding remaja lain yang tidak menjadi perokok pasif.

5. Para perokok pasif memiliki beban ekonomi hingga 10 persen untuk keperluan biaya kesehatan terkait paparan asap rokok.

6. Area merokok yang terpisah atau ventilasi tidak melindungi orang yang non perokok dari asap rokok. Asap rokok tetap dapat menyebar dari area merokok menuju area bebas rokok, bahkan jika pintu antara dua daerah tersebut tertutup.

7. Tidak ada tingkatan aman terhadap paparan asap rokok. Satu-satunya cara melindungi diri dari efek berbahaya menjadi perokok pasif adalah dengan menciptakan lingkungan yang 100 persen bebas asap rokok. Hal ini diatur dalam pasal 8 Framework Convention on Tobacco Control yang dinyatakan oleh WHO.

8. Ada lebih dari 4000 bahan kimia dalam asap tembakau. Sekitar 250 bahan kimia telah diketahui berbahaya bagi kesehatan dan lebih dari 50 bahan kimia berpotensi menyebabkan kanker. Laporan menunjukkan bahwa ada sekitar 600.000 kematian yang dialami oleh perokok pasif per tahunnya.

9. WHO kini mulai mencanangkan ketentuan untuk mengendalikan penggunaan tembakau di dunia. Hal ini berguna melindungi orang yang bukan perokok menjadi perokok pasif oleh ulah para perokok yang tidak bertanggung jawab.


Minyak/lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak terdiri dari campuran berbagai macam trigliserida yang merupakan persenyawaan antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak (R1, R2 dan R3) dalam suatu molekul trigliserida dapat sama akan tetapi dapat pula berbeda. Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid.

Fraksi lemak dari suatu hasil pertanian dapat kita pisahkan dari bagian – bagian lainnya dengan jalan mengekstraksi dengan suatu zat pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, kloroform, benzen heksan dan lain–  lain. Hasil ekstraksi ini dikenal dengan nama eter soluble fraction atau crude fat atau kadar lemak total.


 Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung presentasenya. Analisa lemak dari bahan hasil pertanian umumnya bukan dimaksudkan untuk mendapatkan komposisi dari lemak tersebut akan tetapi untuk mengetahui sifat – sifat fisik dan sifat- sifat kimianya. Data– data ini digunakan untuk mengidentifikasi lemak tersebut ,menentukan kemurnian dan mengevaluasi kecocokan untuk suatu tujuan tertentu, misalnya minyak goreng , margarin dan lain– lain.
Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak  jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina 2002).
Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang.
Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous
-->analisis lemak dilakukan salah satunya dengan metode ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi).
           Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Alat yang digunakan adalah corong pisah. Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat, sampel yang akan dianalisis dibungkus dengan kertas saring ditempatkan dan pada tabung ekstraktor. Bagian ujung atas merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola (Floresyona, 2010).

       Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak  atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren,1986:36) dan mempunyai ketepatan yang baik.

 Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan menguap, hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas serta adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.

daftar pustaka
  1. http://www.scribd.com/doc/106060167/Penetapan-Lemak-Dengan-Metode-Ekstraksi-Soxhlet
  2. staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/analisis%20lipid.pdf
  3. http://www.scribd.com/doc/81029668/3-analisis-lemak
     
-->