twitter
rss


        Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid , yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air,tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut.
        Analisa lemak dan minyak yang umum dilakukan dapat dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuan analisa, yaitu ; Penentuan kuantitatif, yaitu penentuan kadar lemak dan minyak yang terdapatdalam bahan mkanan atau bahan pertanian.Penentuan kualitas minyak sebagai bahan makanan, yang berkaitan dengan proses ekstraksinya,atau ada pemurnian lanjutan , misalnya penjernihan (refining), penghilangan bau (deodorizing), penghilangan warna (bleaching). Penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat erat kaitannya dengan daya tahannya selama penyimpanan, sifat gorengnya, baunya maupun rasanya. tolak ukur kualitas ini adalah angka asam lemak bebasnya (free fatty acid atau FFA), angka peroksida,tingkat ketengikan dan kadar air.Penentuan sifat fisika maupun kimia yang khas ataupun mencirikan sifat minyak tertentu. data ini dapat diperoleh dari angka iodinenya,angka Reichert-Meissel,angka polenske,angka krischner,angka penyabunan, indeks refraksi titik cair,angka kekentalan,titik percik,komposisi asam-asam lemak ,dan sebagainya.

        Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun. Pengertian Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin.
       Angka penyabunan menunjukan berat molekul lemak dan minyak secarakasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek.Mempunyai berat molekul yang relative kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila mempunyai berat molekul yang besar,maka angka penyabunan relative kecil, angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Penentuan bilangan penyabunan dilakukan untuk mengetahui sifatminyak dan lemak. Pengujian sifat ini dapat digunakan untuk membedakan lemak yang satu dengan yang lainnya.
Alcohol yang ada pada KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga membentuk sabun.
Hidrolisis lemak netral dalam air sangat lambat , tetapi dapat dipercepat dengan meningkatkan konsentrasi H+ atau OH-. Hidrolisis lemak netral oleh basa kuat seperti KOH dan NaOH disebut penyabunan, ion-ion karboksilat yang terbentuk dengan adanya kation akan menjadi sabun. Banyaknya miligram KOH yang dipakai untuk menyabunkan 1 gram lemak secara sempurna disebut angka penyabunan. Angka penyabunan dapat digunakan untuk menentukan berat moekul dari suatu lemak atau minyak. Kandungan asam lemak yang tinggi dapat berpengaruh terhadap rendahnya angka penyabunan.
        Penentuan angka penyabunan berbeda dengan penentuan kadar lemak, sampel yang dipergunakan untuk penentuan angka penyabunan adalah margarine. Penentuan bilangan penyabunan ini dapat dipergunakan untuk mengetahui sifat minyak dan lemak. Pengujian sifat ini dipergunakan untuk membedakan lemak yang satu dengan yang lainnya. Selain untuk mengetahui sifat fisik lemak atau minyak, angka penyabunan juga dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar.




Alkalimetri melibatkan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Alkalimetri yaitu penentuan kadar asam dari suatu contoh dengan menggunakan larutan baku standar serta indikator pH yang sesuai. Larutan baku standar ialah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti dimana larutan ini setiap liternya mengandung sejumlah gram equivalen tertentu. Larutan baku standar biasa digunakan sebagai titran, sedangkan larutan asam yang akan ditentukan kadarnya digunakan sebagi titrat. Pada praktikum ini larutan basa yang bisa digunakan adalah NaOH.
NaOH bukan merupakan bahan baku primer karena bersifat higroskopis dan mudah menyerap CO2 dari udara. Oleh karena itu NaOH harus disatandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan baku primer didapat dari penimbangan langsung bahan murni, misalnya asam oksalat (COOH)2.2H2O. Selain itu NaOH juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara.
Dalam penentuan kadar asam oksalat digunakan larutan baku standar NaOH dari indikator phenolphtalien. Indikator dalam titrasi adalah indikator pH karena indikator ini berubah warnanya sesuai dengan perubahan pH. Suatu indikator pH memiliki perubahan warna yang khas pada daerah pH tertentu. Dalam titrasi standarisasi NaOH dan penentuan kadar asam oksalat dipakai indikator pH sehingga jelas harus diketahui pH untuk setiap perubahan reaksi.
Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah cuka. Asam utama dalam cuka adalah asam asetat dan standard federal (USA) mengisyaratkan sekurangnya 4 gram asam asetat per 100 mL cuka. Kuantitas total asam dapat dengan mudah ditetapkan dengan titrasi basa standard.
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemeberi rasa asam dan aroma pada makanan. Asam cuka memiliki rumus kimia yaitu CH3COOH, asam asetat murni (asam asetat glacial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C. Larutan CH3COOH dalam air merupakan asam lemah, artinya hanya terdisosiasi menurut reaksi:
CH3COOH    H+ + CH3COO-
                sifat sifat kimia asam cuka, meliputi:
  • keasaman, atom hidrogen pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam karboksilat seperti asam cuka dapat dilepas sebagai ion H(+), sehingga memberikan sifat asam.
  • sebagai pelarut, asam cuka cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. asam cuka memiliki konstanta dielektrik 6.2, sehingga dapat melarutkan senya polar dengan baik seperti garam anorganik, gula da senyawa non polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin.
  • reaksi-reaksi kimia, asam cuka bersifat korosif terhadap  banyak logam seperti besi, magnesium, da seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat.
pembentukan asam cuka:
sukrosa mengalami reduksi menjadi glukosa, kemudian glukosa teroksidasi menjadi etanol, etanol terhidrasi menjadi asetaldehid dan mengalamai oksidasi kembali untuk membentuk asam cuka.
Cuka biang adalah larutan yang pekat dari cuka bercampur dengan zat – zat lain. Untuk penentuan asam cuka tidak dapat dititrasi langsung, tetapi diencerkan dahulu sampai konsentrasi cuka cukup rendah. Titrasi dilakukan dengan NaOH standard.
Hidroksida dari Na, K dan Ba umumnya digunakan untuk pembuatan alkali standard, zat – zat ini adalah basa kuat yang dapat larut dalam air. NaOH adalah yang paling umum digunakan, karena murah harganya.
Analisa asam cuka menggunakan metode alkalimetri
Bahan
a.       Asam Oksalat (COOH)2. 2H2O 0,1 N
b.      NaOH
c.       Pp 1%
d.    sampel cuka
Alat
a.       Erlenmeyer
b.      Pipet
c.       Buret
d.     timbangan analitik
e.       Gelas ukur
f.       Pipet Volume
g.      Bekker Glass

Pprrosedur Percobaan
A.   Membuat larutan standard NaOH 0,1 N 500 mL.
- Menimbang 2 gram NaOH kristal.
- Melarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 500 mL.
- Mengocok secara perlahan sampai larut, kemudian mengencerkan sampai tanda batas.
- Menyimpan larutan dalam botol tertutup.

B.     Standardisasi NaOH dengan asam oksalat 0,1 N.
- Menimbang 0,63 gram asamoksalat dengan gelas arloji.
- Memasukkan dalam labu ukur 100 mL, kemudian melarutkan dengan aquadest sampai tanda batas.
- Mengambil 10 mL larutan asamoksalat dan menambahkan indikator phenolphtalein sebanyak 3 tetes.

- Menitrasi dengan larutan NaOH sampai dengan berubah menjadi warna pink.

- Mengulangi percobaan sampai 3 kali.

C.     Penentuan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan
- Menimbang beaker glass kosong kemudian memasukkan 5 mL asam cuka contoh dan menimbang lagi, sehingga diperoleh berat asam cuka.
- Melarutkan dengan aquadest sampai volumenya 100 mL.
- Memipet 10 mL kemudian memasukkan dalam Erlenmeyer dan menambahkan 4 tetes indikator phenolphtalein.
- Menitrasi dengan larutan standard NaOH sampai warna merah jambu dan mencatat volume yang diperlukan.
- Mengulangi percobaan di atas sampai 3 kali.

 
Yang harus diperhatikan dalam titrasi :
- Cara menentukan titik akhir harus tepat
- Cara menghitung jumlah analat
- Cara menentukan konsentrasi larutan baku dengan teliti
Larutan yang dititrasi dalam asidi – alkalimetri mengalami perubahan pH. Indikator dalam asidi alkalimetri dapat berubah warnanya apabila lingkungannya berubah pH nya. Berat ekuivalen dalam asidi – alkalimetri ialah berat zat yang mereaksikan atau membutuhkan satu gram ion H+ atau OH- dengan perkataan lain BE = BM, dibagi jumlah ion H+ yang direaksikan atau diikat oleh sebuah molekul yang bersangkutan. Dimana n ialah jumlah ion H+ yang direaksikan dengan sebuah molekul asam atau diikat oleh sebuah molekul bukan asam.