twitter
rss



Alkalimetri melibatkan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Alkalimetri yaitu penentuan kadar asam dari suatu contoh dengan menggunakan larutan baku standar serta indikator pH yang sesuai. Larutan baku standar ialah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti dimana larutan ini setiap liternya mengandung sejumlah gram equivalen tertentu. Larutan baku standar biasa digunakan sebagai titran, sedangkan larutan asam yang akan ditentukan kadarnya digunakan sebagi titrat. Pada praktikum ini larutan basa yang bisa digunakan adalah NaOH.
NaOH bukan merupakan bahan baku primer karena bersifat higroskopis dan mudah menyerap CO2 dari udara. Oleh karena itu NaOH harus disatandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan baku primer didapat dari penimbangan langsung bahan murni, misalnya asam oksalat (COOH)2.2H2O. Selain itu NaOH juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara.
Dalam penentuan kadar asam oksalat digunakan larutan baku standar NaOH dari indikator phenolphtalien. Indikator dalam titrasi adalah indikator pH karena indikator ini berubah warnanya sesuai dengan perubahan pH. Suatu indikator pH memiliki perubahan warna yang khas pada daerah pH tertentu. Dalam titrasi standarisasi NaOH dan penentuan kadar asam oksalat dipakai indikator pH sehingga jelas harus diketahui pH untuk setiap perubahan reaksi.
Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah cuka. Asam utama dalam cuka adalah asam asetat dan standard federal (USA) mengisyaratkan sekurangnya 4 gram asam asetat per 100 mL cuka. Kuantitas total asam dapat dengan mudah ditetapkan dengan titrasi basa standard.
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemeberi rasa asam dan aroma pada makanan. Asam cuka memiliki rumus kimia yaitu CH3COOH, asam asetat murni (asam asetat glacial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C. Larutan CH3COOH dalam air merupakan asam lemah, artinya hanya terdisosiasi menurut reaksi:
CH3COOH    H+ + CH3COO-
                sifat sifat kimia asam cuka, meliputi:
  • keasaman, atom hidrogen pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam karboksilat seperti asam cuka dapat dilepas sebagai ion H(+), sehingga memberikan sifat asam.
  • sebagai pelarut, asam cuka cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. asam cuka memiliki konstanta dielektrik 6.2, sehingga dapat melarutkan senya polar dengan baik seperti garam anorganik, gula da senyawa non polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin.
  • reaksi-reaksi kimia, asam cuka bersifat korosif terhadap  banyak logam seperti besi, magnesium, da seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat.
pembentukan asam cuka:
sukrosa mengalami reduksi menjadi glukosa, kemudian glukosa teroksidasi menjadi etanol, etanol terhidrasi menjadi asetaldehid dan mengalamai oksidasi kembali untuk membentuk asam cuka.
Cuka biang adalah larutan yang pekat dari cuka bercampur dengan zat – zat lain. Untuk penentuan asam cuka tidak dapat dititrasi langsung, tetapi diencerkan dahulu sampai konsentrasi cuka cukup rendah. Titrasi dilakukan dengan NaOH standard.
Hidroksida dari Na, K dan Ba umumnya digunakan untuk pembuatan alkali standard, zat – zat ini adalah basa kuat yang dapat larut dalam air. NaOH adalah yang paling umum digunakan, karena murah harganya.
Analisa asam cuka menggunakan metode alkalimetri
Bahan
a.       Asam Oksalat (COOH)2. 2H2O 0,1 N
b.      NaOH
c.       Pp 1%
d.    sampel cuka
Alat
a.       Erlenmeyer
b.      Pipet
c.       Buret
d.     timbangan analitik
e.       Gelas ukur
f.       Pipet Volume
g.      Bekker Glass

Pprrosedur Percobaan
A.   Membuat larutan standard NaOH 0,1 N 500 mL.
- Menimbang 2 gram NaOH kristal.
- Melarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 500 mL.
- Mengocok secara perlahan sampai larut, kemudian mengencerkan sampai tanda batas.
- Menyimpan larutan dalam botol tertutup.

B.     Standardisasi NaOH dengan asam oksalat 0,1 N.
- Menimbang 0,63 gram asamoksalat dengan gelas arloji.
- Memasukkan dalam labu ukur 100 mL, kemudian melarutkan dengan aquadest sampai tanda batas.
- Mengambil 10 mL larutan asamoksalat dan menambahkan indikator phenolphtalein sebanyak 3 tetes.

- Menitrasi dengan larutan NaOH sampai dengan berubah menjadi warna pink.

- Mengulangi percobaan sampai 3 kali.

C.     Penentuan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan
- Menimbang beaker glass kosong kemudian memasukkan 5 mL asam cuka contoh dan menimbang lagi, sehingga diperoleh berat asam cuka.
- Melarutkan dengan aquadest sampai volumenya 100 mL.
- Memipet 10 mL kemudian memasukkan dalam Erlenmeyer dan menambahkan 4 tetes indikator phenolphtalein.
- Menitrasi dengan larutan standard NaOH sampai warna merah jambu dan mencatat volume yang diperlukan.
- Mengulangi percobaan di atas sampai 3 kali.

 
Yang harus diperhatikan dalam titrasi :
- Cara menentukan titik akhir harus tepat
- Cara menghitung jumlah analat
- Cara menentukan konsentrasi larutan baku dengan teliti
Larutan yang dititrasi dalam asidi – alkalimetri mengalami perubahan pH. Indikator dalam asidi alkalimetri dapat berubah warnanya apabila lingkungannya berubah pH nya. Berat ekuivalen dalam asidi – alkalimetri ialah berat zat yang mereaksikan atau membutuhkan satu gram ion H+ atau OH- dengan perkataan lain BE = BM, dibagi jumlah ion H+ yang direaksikan atau diikat oleh sebuah molekul yang bersangkutan. Dimana n ialah jumlah ion H+ yang direaksikan dengan sebuah molekul asam atau diikat oleh sebuah molekul bukan asam.


0 komentar:

Posting Komentar